Gempa terbaru berkekuatan 4,5 SR yang berlokasi di 5 kilometer tenggara Muaralabuh dengan kedalaman 10 kilometer. Getaran gempa dirasakan II hingga III MMI di Solok Selatan dan Kabupaten Solok, serta II MMI di Kota Padang.
Ketua Ikatan Geologi Indonesia Sumatera Barat, Ade Edwar, mengatakan gempa Muaralabuh, merupakan akibat dari pergerakan lempeng Sumatera atau patahan Semangko, yang berada di segmen Suliti.
"Perlu diketahui tahun 1943 pernah terjadi gempa besar dan dampaknya sangat parah. Tapi karena saat itu bangunan rumah masih kayu, tentu tidak terlalu banyak jatuh korban jiwa," ujar Ade saat dihubungi okezone, Rabu (1/6/2011).
Lebih Lanjut Ade memaparkan, apa yang terjadi di jalur patahan Sumatera bertanda peningkatan aktivitas di segmen Suliti.
"Segmen Suliti mulai bergerak aktif dan energi yang tersimpan mulai dilepaskan. Saya rasa ini sebagai peringatan bahwa ancaman gempa besar menjadi semakin nyata. Suliti merupakan poros patahan Sumatera, maka pemerintah daerah bersama masyarakat perlu menyiapkan diri, salah satunya melalui mitigasi. Mesti kita tidak tahu kapan datangnya, tapi kita harus waspada dan tidak perlu panik," jelasnya.
Dari hasil penelitian tim sembilan yang dibentuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, segmen Suliti, Solok Selatan, bisa berpotensi gempa dengan kekuatan 7,2 SR.
"Setiap tahun pergerakan patahan di sana 23 sentimeter," katanya.
Selain Solok Selatan di segmen Sumpur juga terdapat jalur yang kerap digoyang gempa. Menurut Ade, Jika terjadi gempa berkekuatan 6 SR saja, maka dampaknya akan sangat merusak,
Patahan Sumpur berada di sekitar Panti dan Rao Pasaman, Sumatera Barat.
Jika terjadi gempa di darat ada empat gunung api yang aktif di wilayah Sumatera Barat yakni Gunung Talamau di Pasaman Barat, Marapi di Batu Sangkar, Tandikek di Agam, dan Talang di Solok.
Waspadalah-Waspasalah
0 comment:
Posting Komentar